Jumat, 13 Agustus 2010

Dari Rengasdengklok ke Pegangsaan Timur

Hari ini proklamasi dirayakan. Berikut sekelumit cerita tentang proklamasi 59 tahun yang lalu. Didapat dari situs JawaPalace. Mudah-mudahan menyegarkan ingatan pelajaran sekolah kita!

Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dibawa ke sebuah desa di sebelah utara Karawang yang bernama Rengasdengklok. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30. WIB. Pada waktu itu Ir. Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh tua yang menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, dibawa dan diamankan ke Rengasdengklok oleh golongan muda Chairul Saleh yang menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya. Tetapi usul tersebut ditolak Ir. Soekarno, karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI, badan persiapan kemerdekaan.

Naskah Proklamasi
Menghadapi desakan tersebut, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut. Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta Kunto hanya menemui Mr. Achmad Soebardjo, Kunto dan Mbah SudiroFatmawati dan Guntur. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta. Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks yang diketik oleh Sayuti Melik. ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta,

"Sejarah Lagu “Indonesia Raya”

Hari Musik Nasional ditetapkan 9 Maret, diusulkan tahun lalu oleh Persatuan Artis, Pencipta dan Rekaman Musik Indonesia (PAPRI) sebagai penghargaan atas Wage Rudolf Supratman –sang pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya– yang lahir pada hari Selasa Wage, 9 Maret 1903 di Dusun Trembelang, Kelurahan Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

Tidak banyak catatan hidup tentang komponis besar ini, Supratman mendapat pendidikan musik dari kakaknya yang di Makassar. Ketika masih bayi Supratman bersama keluarganya pindah ke Tangsi Messter Cornelis Jatinegara dan bersekolah atas diusahakannya tunjangan orang tuanya yang pernah menjadi KNIL. Surat keterangan lahirnya akhirnya dibuat dan diberi nama Wage Supratman.

Setelah ibunya meninggal Supratman mengikuti kakaknya yang menikah dengan seorang tentara KNIL –Koninklijk Nederlands Indisch Leger– ke Makassar. Di sana ia meneruskan sekolahnya di Normaal School hingga selesai, dan untuk keperluan administratif namanya menjadi Wage Rudolf Supratman. Selama di Makassar Supratman diajari musik dan biola oleh kakaknya hingga benar-benar tertarik dengan musik, selain juga senang dalam bidang sastra. Rasa tidak senangnya terhadap penjajahan Belanda pernah dituangkannya dalam bukunya yang berjudul “Perawan Desa”. Buku yang mengandung nilai-nilai nasionalisme Indonesia dan menyinggung pemerintahan Belanda itu akhirnya disita dan dilarang beredar.

Selepas bekerja di Makassar bidang jurnalistik membawa dirinya dalam gejolak pergerakan Indonesia, karena minatnya ini Supratman memutuskan pindah ke Bandung dan bekerja sebagai pembantu di harian Kaoem Moeda. Setahun kemudian berpindah ke harian Kaum Kita, sebagai pimpinan redaksi. Pekerjaan tersebut tetap dilakukannya sewaktu ia pindah kembali ke Jakarta sebagai wartawan Sin-Po, harian Tionghoa-Melayu. Di Jakarta itulah, ia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan, hingga ia mulai menulis lagu.


Pada tahun 1924 Supratman menulis lagu Indonesia Raya atas anjuran dari H. Agus Salim yang ditulis di harian Fajar Asia agar komponis Indonesia membuat lagu kebangsaan. Dengan biolanya lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan pada penutupan acara Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 di Jakarta. Selain lagu kebangsaan tersebut ia menciptakan lagu lain yang tak asing bagi kita, seperti “Ibu Kita Kartini”, “Di Timur Matahari” dan “Bendera Kita”.

Sayang sejuta sayang, Supratman tak sempat menikmati dentuman proklamasi dan gaungnya lagu Indonesia Raya, ia meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 17 Agustus 1938.

Lirik asli lagu Indonesia Raya

Indonesia Raja

Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru
“Indonesia bersatu.”
Hiduplah tanahku,
Hiduplah negriku,
Bangsaku, Rakyatku, se’mwanya.
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raja.

CHORUS:
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku jang kutjinta.
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raja.
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku jang kutjinta.
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raja.

Indonesia! Tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya.
Disanalah aku berada
Untuk slamalamanya.
Indonesia, Tanah pusaka,
Psaka Kita semuanya.
Marilah kita mendoa,
“Indonesia bahagia!”
Suburlah Tanahnja,
Suburlah jiwanja,
Bansanya, Rakyatnya semuanja.
Sadarlah hatinja,
Sadarlah budinja
Untuk Indonesia Raja.

CHORUS

Indonesia! Tanah yang sutji,
Tanah kita yang sakti.
Disanalah aku berdiri
Ndjaga ibu sedjati.
Indonesia! Tanah berseri,
Tanah yung aku sayangi.
Marilah kita berjanji:
“Indonesia abadi!”
Slamatlah Rakyatnja,
Slamatlah putranja,
Pulaunya, lautnya semuanja.
Majulah Negrinja,
Majulah Pandunja
Untuk Indonesia Raja.

Rabu, 11 Agustus 2010

Bendera Merah Putih Negara Indonesia Dan Monako/Monaco Berbeda Tidak Sama






Bendera merah putih bukan 100% milik rakyat indonesia saja karena rakyat negara monako juga memiliki dan mengagung-agungkan bendera yang sama. Di samping negara monaco (monako), negara polandia (poland) juga memiliki bendera yang mirip namun dengan warna yang terbalik alias bendera putih merah. Negara Singapura (Singapore) pun berbendera merah putih namun ada tambahan gambar bulan sabit dan lima bintang di warna merahnya.

Apakah serupa & sama?
Ternyata tidak sama.
Kenapa demikian?

Yang berbeda antara bendera merah putih milik Bangsa Indonesia dan Bangsa Monako ada perbedaan dari sisi skala ukuran benderanya.
- Bendera Indonesia : Skala 2 berbanding 3 (2:3)
- Bendera Monako : Skala 4 berbanding 5 (4:5)

Dari sisi sejarah bendera merah putih di Indonesia, kerajaan majapahit telah memakai lambang merah putih. Selain itu kerajaan kediri sebelum kerajaan majapahit dusah memakai panji-panji merah putih. Bendera negara monako dipakai mulai tahun 1881.

Oleh sebab itu dalam membuat bendera merah putih Negara Indonesia masyarakat diharapkan untuk berhati-hati membuat perhitungan skala ukuran benderanya agar pada saat kita hormat kepada bendera kita benar-benar menghormati bendera negara sendiri. Anak-anak pun sebaiknya diberi penjelasan dini secara ringan disaat menggambar bendera agar tidak salah membuat bendera indonesia.

Contoh : Ketika membuat bendera indonesia dengan panjang 1,5 meter, maka lebarnya adalah 1 meter.